VISITOR

WAKTU BOGOR

NEXT MATC DAY

PERTANDINGAN BERIKUTNYA

03/03/2013
PERSIKABO vs PSCS cilacap
Lokasi : Stadion Persikabo,Cibinong
Blinkie Text Generator at TextSpace.net

CERITA DI LAPANGAN


 
Diani Budiarto Duduk Manis

CIBINONG – Pertandingan home ketiga Bogor Raya dalam laga lanjutan Liga Primer Indonesia (LPI) tak seperti biasanya. Stadion Persikabo, Cibinong yang biasanya lengang tanpa penonton tersebut bahkan terlihat terlihat penuh oleh beberapa supporter. Kendati demikian, kedatangan para supporter yang lebih didominasi oleh kaum hawa dan Anak Baru Gede (ABG) ini bukan ingin menyaksikan penampilan Diego Bogado dkk. Melainkan ingin melihat aksi sang bintang timnas Indonesia, Irfan Bachdim. Bahkan walikota Bogor, Diani Budiarto yang di dua laga home sebelumnya tak pernah menyaksikan pertandingan Bogor Raya, pada pertandingan lawan Persema kali ini nampak terlihat duduk manis di tribun VVIP.
Tak ada nyanyian supporter untuk mendukung Bogor Raya yang notabenenya adalah tuan rumah pertandingan, melainkan teriakan histeris para ibu-ibu yang terpesona dengan kegantengan paras Irfan Bachdim yang lebih mendominasi jalannya pertandingan tersebut.Menurut beberapa penuturan para supporter yang hadir menyaksikan laga dengan hasil 2-1 atas Persema tersebut, memang tidak dipungkiri, kedatangan mereka ke stadion bukan untuk menyaksikan performa Masferi dkk, melainkan ingin menyaksikan secara langsung aksi dari Irfan Bachdim.
Meskipun Walikota Bogor, Diani Budiarto mengaku menyaksikan pertandingan bukan karena ingin menyaksikan aksi Irfan Bachdim, namun dari raut mukanya yang antusias menyimak jalannya pertandingan, sangat terlihat bahwa orang nomor satu di Bogor ini juga sangat menggandrungi Top Scorer LPI tersebut.
“Ya saya datang kesini tidak hanya karena ingin nonton Irfan Bachdim, tapi saya juga mau melihat penampilan Bogor Raya lawan klub mantan ISL, pertandingan tadi cukup menarik dan menegangkan, Bogor Raya pun sudah cukup bagus mainnya, ya hanya kalah beruntung saja dengan Persema, “ ujarnya usai menyaksikan pertandingan, kemarin.
Sementara itu, salah satu Kabomania, yang biasa di sapa Opik Bageur juga mengaku kalau kedatangannya ke Stadion Cibinong hanya karena ingin melihat performa Irfan Bachdim saja. Bahkan Ia menilai penampilan Bogor Raya jauh sekali ketimbang Persema Malang.
“Iya saya datang kesini cuma mau lihat Irfan Bachdim, sebelum-sebelumnya saya juga tidak pernah nonton, habis malas saya lihat di TV penampilan Bogor Raya gitu-gitu saja, nggak tahu deh laga home Bogor Raya berikutnya mau nonton lagi apa nggak,” ucapnya.
Senada dengan Opik, Dila Reginawati, salah satu penonton tribun Barat juga hanya berniat menonton Irfan Bachdim. Sedangkan untuk pertandingan Bogor Raya selanjutnya, Ia mengaku malas untuk menyaksikannya lantaran tiket yang mahal.
“Ini saya nonton juga karena ada Irfan Bachdim, makanya saya bela-belain beli tiket tribun, kalau besok-besok apanya lagi yang mau ditonton, malas ah, mahal tiketnya,” tandasnya.
 Walikota Bogor Teu Nyaho Nyaho

CIBINONG – Fenomena misteri kemanakah aliran dana kurang lebih 10 Miliar dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk pembangunan sarana dan prasarana olahraga yakni GOR Pajajaran kian membingungkan. Bahkan Walikota Bogor, Diani Budiarto mengaku tak tahu menahu mengenai masalah tersebut. Menurut orang nomor satu di Kota Bogor tersebut, yang seharusnya mengurusi aliran dana tersebut adalah komite dan Kantor Pemuda dan Olahraga (Kanpora) bukan Pemerintah Kota Bogor terutama walikota.
“Saya tidak tahu menahu mengenai aliran dana tersebut, karena setahu saya dana itu nantinya akan dikelola oleh komite pembangunan GOR dan juga Kanpora, jadi silakan tanyakan langsung kepada mereka-mereka, karena mereka yang lebih tahu,” paparnya kepada Pakar usai menghadiri pertandingan Bogor Raya kontra Persema di Stadion Persikabo, Cibinong, Minggu (20/2), kemarin.
Pernyataan Diani tersebut tentu saja bertolak belakang dengan Kepala Kanpora, Edang M Kendana yang sebelumnya juga mengatakan bahwa Ia tak tahu menahu sama sekali mengenai aliran dana tersebut. Bahkan Ia pun melemparkan permasalahan tersebut pada komite yang pada saat itu diketuai oleh Aim Halim Permana.
Berdasarkan kabar yang beredar, saat ini justru Aim sudah tidak menjabat sebagai Ketua Komite lagi, dan Ketua Umum KONI Kota Bogor, Basuki pun yang didaulat untuk menggantikan posisinya. Selain lebih menyerahkan permasalahan tersebut kepada komite dan Kanpora, pria penggemar motor gede ini juga mengelak saat ditanya mengenai tak terawatnya Stadion Pajajaran. Menurutnya, semua itu seharusnya diurusi oleh Kanpora, bukan dirinya.
“Kalau masalah Stadion Pajajaran itu biar Kanpora yang mengurusi, mereka terbentuk kan untuk menangani hal-hal seperti itu, kalau walikota semua yang mengurusi bisa runyam urusannya,” tandasnya.
Sementara itu, Asep Syahmid Pangrango yang menjabat sebagai Bogor Sport Journalist (BSJ) mengatakan, Pemkot Bogor ataupun elemen terkait harus memberikan keterangan resmi seputar posisi uang hibah Rp 10 Miliar dari Kemenpora tersebut.
“Masyarakat ataupun Pers berhak tahu soal anggaran hibah tersebut dan peruntukannya untuk apa? Apalagi saat ini disinyalir adanya ketidakberesan informasi soal uang hibah sebesar itu. Seharusnya Walikota Bogor tahu dong dimana posisi uang itu. Kalau toh memang belum turun dari Kemenpora jelaskan saja belum turun. Kalau memang sudah turun yah apa salahnya beberkan soal uang hibah itu ada dimana dan kapan akan digunakannya. Uang 10 Miliar bukan uang sedikit,” tegas Syahmid.
Dalam kesempatan yang sama, Syahmid berharap, jajaran anggota Komisi D DPRD Kota Bogor juga jangan tinggal diam menyikapi soal masalah ini.=WIN

 

 

Noah Bakena, Curhat Pemain Bola Kamerun yang Ditelantarkan di Indonesia

Noah Bakena, Curhat Pemain Bola Kamerun yang Ditelantarkan di Indonesia
Cidera sepak bola yang menghantui para pemain, ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Impian akan karir sukses sebagai pemain sepak bola di luar negeri, seringkali berakhir dengan mimpi buruk untuk pemuda Afrika. Ditinggalkan dan dibiarkan sendiri. Mereka tampaknya kehilangan segalanya ketika pulang ke tanah air.

Pemain sepak bola Kamerun, Noah Bakéna berusia 31 tahun. Setelah tinggal di Indonesia hampir dua tahun, ia kembali ke Kamerun, di mana ia bermain untuk Bonamoussadi Youth, klub lokal, divisi II. "Ini hanya untuk menjaga kondisi saya, agar tetap fit, sampai cedera pada lutut sembuh sepenuhnya," katanya.

Bakéna cedera pada 4 Januari, 2007, hanya sepekan setelah menandatangani kontrak dengan klub sepak bola Indonesia, Persikabo Bogor. "Itu terjadi sewaktu pertandingan persahabatan. Dokter mengatakan saya tidak bisa bertanding selama enam bulan, dan klub memutuskan memecat saya tanpa memperdulikan masa kontrak," cerita Bakéna.

Atlit muda mendatangi Asosiasi Sepak Bola Internasional FIFA dan meminta supaya dilakukan penyelidikan. "Saya tinggal di Indonesia tanpa dokumen mau pun uang. 1 Oktober 2008, saya ditahan dan dipenjarakan karena izin tinggal saya kadaluarsa, jadi ilegal," katanya.

Dengan bantuan Asosiasi Pesepak Bola Kamerun AFC, Federasi Internasional Pesepak Bola Profesional FIFPro dan FIFA, Bakéna bebas penjara sebulan kemudian, dan pulang ke Kamerun.

Sejak itu, AFC membantu Bakéna menemukan klub baru. Tapi setelah tiga tahun tidak aktif, tidak mudah untuk kembali bekerja. Klub melatihnya setiap hari dari jam 6 sampai jam 9 pagi. Tapi bekas pemain profesional dari Persikabo Bogor kehilangan ritme latihan intensif. Berat badannya naik beberapa kilogram, dan lututnya belum sembuh total.

Namun menurut Bakéna, hal paling sulit adalah bahwa ia selalu dinilai orang-orang lain. Bakéna bercerita ia selalu menjadi bahan olok-olokan. "Pulang ke Kamerun dalam kondisi seperti ini, tidak mudah. Bila anda berada di luar Afrika, keluarga selalu menaruh harapan pada anda. Tapi ketika pulang tanpa uang, setelah mendekam di penjara, Itu memalukan," katanya.

Berkat dukungan beberapa organisasi sepak bola, Bakéna tidak mengalami situasi sama seperti banyak pesepak bola Afrika lain yang gagal. Mereka banyak yang menjadi pecandu alkohol, kejahatan dan kemudian dikucilkan.

Mei 2010, putusan FIFA diumumkan: bekas klubnya, Persikabo Bogor harus membayarnya 30 ribu dolar AS sebagai uang kompensasi. Dengan uang ini, Bakena bisa keluar rumah orang tua, dan membeli rumah untuk istri dan putrinya. Uang itu juga membantu membiayai perawatan yang tepat untuk lututnya.

Sebelum Indonesia, Bakéna juga mengatakan memiliki pengalaman negatif di Libya dan Korea Selatan. Tapi kendati semua kesulitan ini, ia tetap bermimpi suatu saat bisa bermain untuk klub asing. "Saya akan berusaha lagi, begitu lutut saya sembuh," ujarnya.

"Banyak kasus seperti Bakéna's," kata Luc Noé Bengan, jubir AFC. "Tapi atlit-atlit ini selalu siap meninggalkan tanah air: mereka berharap bisa menemukan hidup lebih baik di tempat lain."

Ridwan Awaludin Layak Promosi

CIBINONG
- Masyarakat sepakbola Kabupaten Bogor khususnya Persikabo patut berbangga dengan munculnya meteor baru dalam dunia sepakbola Kabupaten Bogor yakni Ridwan Awaludin, pesepakbola asli Kecamatan Cibinong yang dua tahun mengenyam gemblengan di Timnas SAD yang berlatih di Uruguay bersama Syamsir Alam dkk Kendati, Ridwan belum genap satu bulan bergabung dengan para pemain Persikabo Kabupaten Bogor. Namun, kehadiran pemuda tampan dengan skill bola dan fisik yang prima langsung memikat hati pelatih kepala Persikabo, Maman Suryaman yang akan mengusulkan kepada manajemen agar Ridwan Awaludin dipromosikan untuk didaftarkan ke BLI hingga bisa bermain untuk Persikabo pada putaran kedua mendatang. "Ridwan punya talenta besar dan bagus. Tidak ada alasan bagi pengurus atau man ajemen untuk tidak mendaftarkan Ridwan ke BLI pada putaran kedua. Ia pemain bisa serba bisa. Ia layak bersaing dengan para seniornya yang ada di Persikabo saat ini. Mudah mudahan pengalaman bersama Timnas SAD di Uruguay bisa membawa dampak positif bagi Ridwan dan juga bisa mendongkrak performa Persikabo pada putaran kedua nanti," ujar Maman Suryaman kepada Pakar kemarin petang di Cibinong.
Maman menambahkan, kualitas dan skill Ridwan bisa bersaing dengan para pemain yang ada di tim tim Divisi Utama atau ISL. "Persikabo sangat beruntung punya talenta seperti Ridwan ," beber Maman lagi.
Sementara itu, Head Coach Bogor Raya FC, John Arwandi yang ikut menyaksikan jalannya seleksi Persikabo mengatakan sangat setuju kalau manajemen atau pengurus Persikabo mendaftarkan Ridwan Awaludin untuk masuk menjadi skuad inti Persikabo pada putaran kedua nanti.
"Maaf saya bukan ikut campur soal Persikabo. Namun, saya sangat sependapat dengan Kang Maman Suryaman, kalau Ridwan Awaludin layak untuk masuk kedalam jajaran skuad Persikabo yang didaftarkan ke BLI. Ia punya kualitas dan teknik bermain bola yang sangat bagus serta ditunjang dengan fisik yang prima," ujar John Arwandi
Sementara itu, beberapa elemen Kabomania yang menyaksikan jalannya seleksi Persikabo mengatakan, hal yang wajib bagi Ketua Umum Persikabo untuk mendaftarkan Ridwan Awaludin untuk masuk dalam skuad inti Persikabo. "Ridwan layak dan harus masuk dalam skuad inti Persikabo pada putaran kedua nanti," ucap beberapa pentolan Kabomania kepada Pakar kemarin petang di Cibinong.=CNP

Lain Meuli Peuyeum

ADA gula ada semut, ada lowongan pasti akan ada pelamar datang. Baik secara lisan dari mulut kemulut ataupun dapat informasi dari media. Tiap ada kesempatan pekerjaan pasti akan selalu diserbu para pelamar. Begitulah potret dunia pekerjaan dewasa ini. Ketika sepakbola sudah bukan sekadar hobi, maka banyak anak muda yang bercita cita jadi pesepakbola yang bisa digaji mahal, terkenal dan jadi idola masyarakat apalagi sepakbola saat ini sudah menjadi pekerjaan atau mata pencaharian.
Fenomena ada gula ada semut tampak terjadi di Stadion Persikabo Kabupaten Bogor kemarin petang ketika digelar seleksi para pemain yang akan menjadi pilar Laskar Pajajaran pada putaran kedua Liga Indonesia Divisi Utama tahun ini. Seleksi hari pertama Persikabo itu kurang lebih dibajiri 40 pemain lokal dan luar Bogor. Bahkan, ada juga beberapa pemain asing yang melamar jadi pemain Persikabo.
Persoalan merekrut pemain asing ataupun pemain lokal bagi Persikabo bukanlah pekerjaan mudah, karena selama ini manajemen Persikabo kerap terjebak pada praktek membeli kucing dalam karung. Seleksi dan rekrutmen pemain Persikabo selama ini terlalu banyak campur tangan diluar dari pelatih. Mudah mudahan seleksi kali ini pelatih kepala Persikabo diberikan otoritas penuh dalam menentukan para pemain yang akan direkrut Persikabo.
Namun, Maman Suryaman selaku arsitek Laskar Pajajaran ini tidak boleh juga terjebak pada istilah pemain titipan agen ataupun pemain titipan pengurus dan manajemen. Maman harus bersikap lurus dan objektif kepada para pemain yang akan bergabung dengan Persikabo pada putaran kedua nanti. Tapi ingat, membeli pemain bola sangat beda dengan meuli peuyeum. Kalau peuyeum sudah dibeli tapi busuk, maka bisa seenaknya saja kita membuang. Tapi kalau salah membeli pemain dan pemain tersebut sudah dikontrak tapi kualitas jeblok, maka yang ada malah kerugian material dan kerugian bagi skuad Persikabo yang tidak bisa memanfaatkan secara optimal pemain yang sudah dibeli tersebut.
Saya hanya mengingatkan kepada jajaran manajemen, pelatih dan pengurus Persikabo jangan tergesa gesa dan cepat menilai si ini bagus si itu bagus. Pembelian pemain sepakbola harus disesuaikan dengan kebutuhan klubnya itu sendiri. Ketika pelatih butuh pemain bertahan, namun manajemen atau pengurus malah membeli seorang ujung tombak. Ketika pelatih mebutuhkan pemain belakang, manajemen atau pengurus malah mengontrak pemain gelandang.
Hal ini memang sepele. Tapi, akibat salah beli karena salah posisi maka yang ada akan terjadi penumpukan pemain pada satu posisi. Apalagi, Persikabo sendiri saat ini sudah terjebak dalam praktek penggunaan pemain magang bagi tim Laskar Pajajaran. Karena setahu saya, pemain magang tersebut harus didaftarkan ke BLI, hingga nantinya pelatih bisa memanfaatkan tenaga pemain magang tersebut. Saya kembali tegaskan kepada manajemen dan pengurus bahwa beli pemain beda dengan meuli peuyeum.=***